BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 30 Desember 2011

Dan aku terjaga

Rindu itu dimulai dari sini; detik pertama setelah sambungan telpon terputus. Asal kau tahu, suaramu yang serak itu seperti bekas coklat yang menggantung manis di sudut bibir. Ketika kujilat lagi, sensasi phenylethylamine-nya masih saja merangsang dopamine menjadi penguasa dalam tubuh. Akibatnya tidak ada rasa lain yang bisa menangguhkan hadirnya rasa gembira.
Namun malam ini sampailah aku pada sebuah pertanyaan yang sama seperti sebelum-sebelumnya; “Kenapa harus ada masa yang biasa dalam sebuah prosesi?”. Seperti ritual yang hambar, seperti kualitas yang terbelenggu kuantitas, seperti kata yang kubidik menjadi prosa, seperti mereka yang selalu kuakhiri dengan narasi. Mungkinkah kita kehilangan kesakralan bahasa yang begitu alami?
 
But you’re my dearest part of my life. I’m so in love with you. 

Ketika tulisan itu kuakhiri, gerimis melumat hawa panas dari sisi-sisi jalan beraspal. Lalu aku duduk di bawah jendela dengan segelas Vanilla Latte, menunggu suaramu meramaikan sudut-sudut hati. No messages or anything

Selamat tidur, semoga lelahmu pergi dengan santun.

0 komentar: